A. Perspektif
Umum
Tanggal 14 Februari setiap tahunnya,
sekuntum mawar, manisnya coklat, dan lucunya boneka mewarnai hampir setiap
sudut pusat keramaian. Restoran, hotel, mal, dan kafe memamerkan romantisme
bulan Februari. Hari itu dinamakan sebagai Valentine's day, hari perayaan cinta
seluruh dunia. Pasangan, pacar, sahabat, orangtua, anak, semua berlomba untuk
menunjukkan betapa sayangnya mereka kepada orang - orang terkasih. Hal yang
paling ekstrem adalah penyerahan sepenuh jiwa dan raga kepada belahan jiwa saat
hari valentine. Semuanya atas nama cinta. Tapi tahukah anda, bagaimana sejarah
valentine bermula?
B. Sejarah
Gelap Valentine
Bermula dari ritual peganisme
(penyembahan berhala), pengadopsian yang dilakukan gereja Katoloik, sampai
dengan proses asimilasinya dengan keyakinan dan adat istiadat masyarakat secara
luas. Rangkaian panjang itulah yang membentuk Valentine yang kita kenal
sekarang. Pemujaan dan perdebatan saling mengisi di dalam proses tersebut.
Alkisah, pada masa pra-Kristen,
setiap tanggal 13 dan 14 Februari dipersembahkan kepada Dewi Cinta Romawi kuno,
Juno Februata. Puncak perayaan bulan cinta dan kesuburan adalah pada 15
Februari, yaitu Feast of Lupercalia,
yaitu festival penghormatan kepada Dewa Lupercus, sang dewa yang berpakaian
kulit kambing dan hanya menutupi setengah luas tubuhnya. Pada perayaan ini para
pendeta akan mempersembahkan kurban kambing untuk sang dewa. Kemudian, mereka
meminim anggur sambil berlari - lari di sepanjang jalan di Kota Roma. Dari
Juno-Lupa's Cave mengelilingi Bukit Palatine. Mereka membawa potongan -
potongan kulit domba atau kambing untuk disentuhkan kepada para wanita yang
berebutan untuk bisa terkena kulit domba tersebut. Tujuannya agar mereka
mendapatkan tuah cinta dan kesuburan dari Dewa Lupercus dan Juno Februata. Pada
perayaan ini dilakukan undian seks, yaitu dengan memasukkan gulungan kertas
yang berisi nama - nama wanita Roma ke dalam sebuah kotak untuk kemudian
diundi. Nama wanita yang keluar akan dijadikan pasangan kencan satu malam oleh
para lelaki Roma.
Hal yang paling mengerikan adalah
ritual yang kemudian dilakukan oleh pasangan - pasangan itu. Para lelaki
melecuti para perempuan dengan kulit kambing. Ini bukan merupakan siksaan
karena keduanya saling menginginkan. Ritual ini mereka yakini akan meningkatkan
kesuburan dan kecantikan si wanita. Lalu, lecutan perih itu tidak hanya
dilakukan sekali, tapi terus berlangsung selama upacara berjalan. Para wanita
saling menjerit di antara kesakitan dan gairahnya untuk terus - menerus
disambar oleh cambuk kulit binatang itu. Sebab, semakin banyak lecutan yang
mereka terima, semakin subur dan semakin cantiklah mereka nantinya.
Asimilasi perayaan berhala ini
terjadi beberapa abad kemudian. Pada abad ketiga, Kaisar Claudius II
memerintahkan kepada para pemuda dan tentaranya untuk tidak menikah. Sebab,
dianggap akan melemahkan mental prajurit yang pada masa itu sedang berperang
dengan musuh negara. Akibat dari pelarangan ini, banyak pemuda diam - daim
pergi menemui Santo Valentinus untuk mendapatkan sakraman pernikahan. Namun
sayangnya, prosesi itu akhirnya diketahui sang raja zalim. Ia murka dan
menangkap St. Valentine. Lalu, mengirimnya ke penjara. Beberapa orang yang
kasihan melihat sang santo, melemparkan surat dan bunga ke balik jendela sel
sebagai tanda simpati. Akhirnya pada 14 Februari 269 M, sang Santo pun di
eksekusi mati.
Sebagai agama baru dikala itu,
Kristen berusaha mengambil hati masyarakat Roma dengan mengadopsi perayaan
Lupercalia sebagai hari penghormatan terhadap St. Valentinus. Sebagai pengganti
lecutan pada tubuh wanita, gereja menggantinya dengan pengiriman surat dan
pernyataan cinta dari laki - laki kepada wanita. Sejak saat itu, perayaan
Lupercalia kepada berhala, berubah menjadi perayaan Valentine oleh gereja.
Perubahan drastis dilakukan penguasa gereja pada 1969. Sejak tahun tersebut,
perayaan valentine dihilangkan dari acara gerejawi karena dianggap sebagai
penguatan terhadap ajaran berhala. Terlebih, terdapat ketidak jelasan mengenai
siapa sosok Santo Valentine sesungguhnya. Sebab, pada masa itu terdapat empat
martir yang bernama sama dan beberapa makam yang sama - sama diklaim sebagai
makam St. Valentine.
C. Pembelaan
Kaum Sekuler
Modernisasi yang diusung para
konspirator sekuler dan liberalis justru tidak mengambil jalan yang sama dengan
gereja. Mereka justru menjadikan valentine sebagai perayaan tahunan berkedok
kasih sayang. Terjadi pembenaran - pembenaran yang sesat bahwa yang dirayakan
perasaan kasih sesama, bukan kepada sejarah berhalanya. Alhasil, hari valentine
yang kita ketahui saat ini, berubah menjadi perayaan hura - hura, momentum
melepas keperawanan dan melakukan seks bebas dengan pasangan sama seperti
sejarah gelap Lupercalia itu sendiri.
Sumber:
"151 Konspirasi Dunia" Paling GILA & Mencengangkan! | Afred
Suci