PARIS (salam-online.com): Suatu hari, di Prancis, seseorang bercerita bahwa seorang Muslimah bercadar pergi ke Supermarket. Setelah mengambil barang-barang kebutuhannya, ia kemudian berdiri di antrian kasir untuk membayar. Setelah beberapa menit, datanglah gilirannya untuk dilayani oleh kasir.
Di dekatnya, ada seorang Muslimah Arab yang tidak berjilbab, yang mulai
melihat Muslimah bercadar itu dan memperhatikan satu persatu dari diri
Muslimah itu. Setelah beberapa saat memperhatikan dengan pandangan
arogan, Muslimah Arab itu mengatakan, “Kami memiliki banyak masalah di
negara ini dan cadarmu adalah salah satunya!”
“Kami, para imigran, berada di sini untuk perdagangan (bisnis) dan bukan menunjukkan Agama atau sejarah kami! Jika kau ingin mengamalkan Agamamu dan memakai cadar, maka kembalilah ke negeri Arab-mu dan lakukan apa saja yang kau inginkan!!” tambah imigran Arab itu.
Muslimah bercadar itu menaruh barang belanjaannya di tas dan kemudian membuka cadarnya di depan Muslimah Arab itu.
Sontak imigran Arab tersebut sangat terkejut. Muslimah bercadar yang
dikira adalah seorang imigran Arab, ternyata ia gadis berkulit putih,
bermata biru dan berambut pirang (nampaknya ia memperlihatkan sedikit
rambutnya–menurut si penutur cerita), ia berkata kepada imigran Arab,
“Aku adalah gadis Prancis, bukan imigran Arab. Ini adalah negeriku dan
ini adalah ISLAM-KU!”
“Kalian lahir sebagai Muslim, kalian jual agama kalian dan kami membelinya dari kalian!”
Maksud Muslimah Prancis ini adalah, menyindir Muslimah imigran Arab
itu dan orang yang sama dengannya (sama-sama imigran Arab tapi
Westernize) tetapi tidak mengamalkan agamanya hanya karena mereka berada
di negeri mayoritas kafir, dan lebih memilih bergaya westernize alias
ke Barat-baratan daripada tampil dengan menunjukkan keislaman mereka
yang sejati, demi kepentingan duniawi.
Virus westernize itulah yang membuat banyak Muslim yang ‘hijrah’ ke
Barat menjadi terpedaya hingga mengikuti gaya Barat (bahkan melupakan
ajaran Islam). Namun hal ini tidak hanya terjadi dari kalangan imigran
Arab saja, pun dari negara kaum Muslimin lainnya, seperti Indonesia.
Muslim yang ‘hijrah’ ke Barat dengan berbagai alasan tak jarang kemudian
gaya hidup mereka menjadi ala westernize dan melupakan identitas sejati
diri mereka sebagai Muslim. Ini adalah salah satu makar Yahudi-Zionis
yang menyebarkan budaya buruk mereka untuk merusak fitrah manusia,
terkhusus kaum Muslimin, dengan tujuan semua manusia menjadi ‘salinan’
mereka.
Ironisnya, virus westernize itu tak hanya menjangkiti mereka yang
‘hijrah’ ke negeri-negeri Barat, tetapi juga telah menjalar di
negeri-negeri kaum Muslimin sendiri. Lagi-lagi kita jadikan Indonesia
sebagai contoh–karena kita tinggal di Indonesia–kita lihat banyak kaum
Muslimin yang gaya hidup mereka cenderung ke barat-baratan, bukan hanya
di perkotaan, tetapi virus budaya kafir Barat sudah menyebar ke
desa-desa. Buktinya, kita sekarang melihat banyak Muslim yang gayanya
sudah menjadi ‘salinan’ para idola Barat, banyak Muslimah yang lebih
pede memakai jeans atau hot pants daripada memakai jilbab.
Maka hari ini wanita Muslim berjilbab, bercadar, atau memakai burka
terlihat asing. Islam yang sebenarnya telah menjadi asing di mata
mayoritas manusia, kembali seperti zaman dahulu, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Islam datang
dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka
berbahagialah orang-orang dikatakan asing,” (HR. Muslim dari hadits Abu
Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma).
Kembali lagi ke isu Muslim imigran di Barat. Tak jarang juga dari
mereka yang mampu mempertahankan keyakinan mereka dengan erat, seperti
menggenggam bara api, mereka itulah orang-orang yang Allah lindungi yang
kemudian melalui mereka-lah Allah memberikan hidayah kepada orang-orang
kafir untuk memeluk Islam. Gencarnya virus westernize dan gerakan
anti-Islam, tak melemahkan keimanan mereka dan tak menyurutkan langkah
mereka untuk berdakwah di jalan Allah. (zafaran/muslimahzone/salam-online.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar