Para sahabatku fillah yang dirahmati Allah...
Mari kita
sama-sama mengingatkan diri-diri kita yang dha'if ini, bahwasanya kita
MENCARI ILMU DAN KEBENARAN adalah untuk MENGIKUTI DAN MENGAMALKANNYA,
bukan untuk mencampakkan ilmu dan kebenaran yang telah kita dapat, lalu
mencari-cari pembenaran (alasan) atas kesalahan atau dosa yang belum
kita tinggalkan.
Jalan al-haq (kebenaran) itu ada dua, yaitu ilmu dan amal, yang keduanya ini saling berkaitan. Ilmu menuntut adanya amalan; begitu pula sebaliknya, bahwa amal mengharuskan adanya ilmu yang mendasarinya.
Dengan adanya keduanya, jadilah ilmu itu yang na' (ilmu yang
bermanfaat) dan jadilah amal yang didasari ilmu na' tersebut menjadi
amal shalih.
Bagi seorang penuntut ilmu dan pencari kebenaran,
tidaklah cukup hanya sekedar mengetahui ilmu dan kebenaran saja. Tetapi
haruslah disertai dengan usaha MENGAMALKANNYA DENGAN IKHLAS KARENA
ALLAH, sehingga dirinya bisa selamat dari penyakit-penyakit KEBODOHAN,
KEZHALIMAN, HAWA NAFSU, KESOMBONGAN dan lainnya. yang mana hal itu semua
akan berakibat menolak kebenaran. (Wujubu Luzumil-Jama'ah wa
Tarkit-Tafarruq, hal. 349-353, oleh Jamal bin Ahmad bin Basyir Baadi)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
"Dan demikian pula orang yang BERPALING DARI KEBENARAN YANG DIA
KETAHUI, disebabkan MENGIKUTI HAWA NAFSU. Maka sesungguhnya hal itu akan
mengakibatkan KEBODOHAN dan KESESATAN pada orang tersebut. Sehingga
MEMBUTAKAN HATINYA dari kebenaran yang nyata." (Majmu' Fatawa, X/10)
Semoga bisa kita jadikan sebagai bahan renungan, uhibbukum fillah.
By: Abu Muhammad Herman, Jum'at 24 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar