Rabu, 22 Januari 2014

Penyakit Hati Dalam Berkompetisi

Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak terlepas dari orang-orang disekelilingnya. Setiap manusia mempunyai karakter, sifat, perilaku, dan latar belakang yang berbeda-beda, ini semua akan memberi dampak dalam interaksi sosial yang terjalin. Dalam menjalankan kehidupan, ada yang suka, ada yang benci, ada yang tidak senang, ada yang senang, ada yang nyaman, ada yang tidak nyaman, ada yang culas, ada yang iri, ada yang dengki, dan lain sebagainya. Yang negatif dari itu semua merupakan PENYAKIT HATI bawaan manusia. Untuk penawarnya, kembali kepada manusia itu sendiri, bagaimana ia meredam dan menekan rasa itu agar tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Demikian juga terjadi dalam dunia seni, banyak PENYAKIT HATI yang menjadi bumbu dalam berkompetisi. Disana bertebaran aroma iri dan dengki, ada seniman yang berkarya dengan keterampilan yang dimilikinya, dengan ideologinya, dengan kekritisannya, dengan wawasannya, dan segala habits yang dimilikinya. Namun ada juga seniman yang cepat terbuai dengan pujian basi grupisnya dan lebih mengutamakan ego dan ambisi untuk hasrat menguasai ranah industri.

Upaya ini dilakukannya dengan cara menebar satir provokasi untuk memancing dan memicu terjadinya kontraindikasi. Kemudian dia beranggapan bahwa dialah protagonis, padahal sejatinya dialah antagonis. Miris sekaliiiiii.......

Ini sebuah pepatah Cina dari Lao Zi yang bisa menjadi bahan renungan kita semua:
"Dapat mengenal diri orang itu pandai, Mampu mengenal diri sendiri itu pencerahan batin. Dapat mengalahkan orang lain itu kuat, Mampu mengalahkan diri sendiri itu perkasa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar