Manusia
adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak terlepas dari orang-orang
disekelilingnya. Setiap manusia mempunyai karakter, sifat, perilaku, dan latar
belakang yang berbeda-beda, ini semua akan memberi dampak dalam interaksi
sosial yang terjalin. Dalam menjalankan kehidupan, ada yang suka, ada yang
benci, ada yang tidak senang, ada yang senang, ada yang nyaman, ada yang tidak
nyaman, ada yang culas, ada yang iri, ada yang dengki, dan lain sebagainya. Yang
negatif dari itu semua merupakan PENYAKIT HATI bawaan manusia. Untuk
penawarnya, kembali kepada manusia itu sendiri, bagaimana ia meredam dan menekan
rasa itu agar tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Demikian
juga terjadi dalam dunia seni, banyak PENYAKIT HATI yang menjadi bumbu dalam
berkompetisi. Disana bertebaran aroma iri dan dengki, ada seniman yang berkarya
dengan keterampilan yang dimilikinya, dengan ideologinya, dengan kekritisannya,
dengan wawasannya, dan segala habits yang dimilikinya. Namun ada juga seniman
yang cepat terbuai dengan pujian basi grupisnya dan lebih mengutamakan ego dan
ambisi untuk hasrat menguasai ranah industri.
Upaya
ini dilakukannya dengan cara menebar satir provokasi untuk memancing dan memicu
terjadinya kontraindikasi. Kemudian dia beranggapan bahwa dialah protagonis,
padahal sejatinya dialah antagonis. Miris sekaliiiiii.......
Ini
sebuah pepatah Cina dari Lao Zi yang bisa menjadi bahan renungan kita semua:
"Dapat mengenal
diri orang itu pandai, Mampu mengenal diri sendiri itu pencerahan batin. Dapat
mengalahkan orang lain itu kuat, Mampu mengalahkan diri sendiri itu
perkasa"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar